Aku rindu.
Ya. Rindu pada canda tawa yang selalu kita lalui bersama.
Aku rindu.
Ya. Rindu pada sedih tangis yang kita lewati bersama.
Aku rindu.
Ya. Rindu pada kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan bersama.
Aku rindu.
Ya. Rindu pada hal-hal positif yang selalu kulakukan saat dekat denganmu.
Aku rindu.
Ya. Rindu pada ajakan-ajakan yang kau paksakan kepadaku untuk kulakukan.
Aku rindu.
Ya. Rindu pada kehidupanku dulu ketika aku dekat denganmu.
Aku rindu.
Ya. Sangat-sangat merindukan semangat dalam hidupku ketika dekat denganmu.
Namun, kerinduan itu salah. Aku tidak seharusnya terlalu dekat denganmu. Ya. Salah. Karena aku bukanlah siapa-siapa bagimu. Aku hanya manusia biasa yang menyayangimu. Salah. Rasa ini salah. Tidak seharusnya aku mengatakannya. Setidaknya sebelum aku mendatangi kedua orang tuamu untuk bersanding denganku di hari bahagia kita. Namun, apakah itu adalah hari bahagia kita? Aku tidak tahu. Aku hanya terjebak dalam rasa yang tak seharusnya muncul terlalu dini. Rasa yang salah. Namun dengan rasa itu, aku memiliki semangat untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Namun rasa itu tetap salah. Karena aku seperti mendahului kehendak-Nya. Aku harus memperbaiki diriku dengan mendekatkan diri kepada-Nya tanpa adanya dirimu untuk saat ini. Jika memang Dia berkehendak, maka jadilah kita hidup bersama. Aamiin.